Jakarta, b-Oneindonesia – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo melakukan terobosan dalam penyelenggaraan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Bekerjasama dengan Millenial Fest dan melibatkan berbagai kader organisasi massa kepemudaan seperti PB HMI, GMNI, Pemuda Muhammadiyah, PMKRI, PII, KNPI, dan Pemuda Pancasila, MPR RI untuk pertama kalinya melakukan Sosialisasi Empat Pilar menggunakan media daring aplikasi zoom (online).
“Pandemi Covid-19 membuat kita untuk sementara waktu tak bisa berkumpul dalam satu tempat yang sama. Walaupun perjumpaan fisik tak lagi bisa dilakukan, jumpa virtual bisa menjadi jalan keluarnya. Berkat kecanggihan teknologi informasi, aktifitas tak sepenuhnya berhenti total, kita masih bisa bertukar pikiran,” ujar Bamsoet membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Jakarta, Selasa (19/5/20).
Mantan Ketua DPR RI ini mengungkapkan, kehadiran virus Covid-19 bukan berarti menjadi alasan, terutama bagi kaum muda, untuk tak melakukan kegiatan berharga. Ruang kreatifitas kebangsaan tak boleh mati lantaran kedatangan pandemi.
“Atas dasar itulah, Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang punya dampak positif terhadap kehidupan masyarakat, tak akan berhenti hanya karena pandemi. Sosialisasi tetap berjalan, namun dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Dari perjumpaan fisik, menjadi perjumpaan virtual yang justru mendatangkan banyak manfaat baru. Salah satunya menekan pengeluaran negara lantaran tak perlu menyiapkan konsumsi dan hal teknis lainnya. Disisi lain, pemuda dari berbagai wilayah bahkan yang sedang di luar negeri, bisa turut ikut serta, walaupun dari kamar kosannya masing-masing,” ungkap Bamsoet.
Bamsoet mengingatkan kaum muda bahwa pandemi Covid-19 akan membuat mereka menghadapi tantangan yang sangat berat. Bukan hanya pada ketatnya persaingan dalam dunia kerja, namun juga perubahan paradigma dalam memandang dunia. Banyak sektor pekerjaan telah dan akan terhapus, tergantikan oleh sektor lain yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Dari mulai articifial intelligence hingga rekayaya genetika, kini menjadi primadona dunia.
“Pemuda Indonesia yang tak bisa mempersiapkan dirinya dengan baik, akan tergilas roda zaman. Jangan hanya puas menjadi penikmat teknologi informasi. Pemuda Indonesia juga harus terlibat dalam berbagai penemuan baru. Kecanggihan teknologi informasi tak berhenti sampai disini. Pasti masih ada peluang lain yang bisa digarap. Tinggal bagaimana kejelian dalam melihatnya,” tandas Bamsoet.
Bamsoet menilai, sektor pertanian dan perkebunan menjadi salah satu potensi Indonesia yang belum tergarap dengan baik, sekaligus menjadi peluang bagi pemuda untuk menciptakan nilai tambah. Di Malaysia misalnya, mereka memiliki durian Musang King yang sudah menjadi raja durian dunia. Di Indonesia, dengan tanah yang luas dan iklim yang bagus untuk bercocok tanam, justru tak memiliki durian unggulan yang bisa di ekspor ke berbagai negara.
“Jangankan untuk buah-buahan, kebutuhan pokok seperti beras, bawang, hingga cabai saja, kita masih mengandalkan impor. Ini lucu sekaligus ironis. Akibatnya, tatkala musibah datang seperti pandemi Covid-19, kitapun ketar-ketir, khawatir negara asal menyetop impor untuk mencukupi kebutuhan dalam negerinya. Pandemi Covid-19 telah mengajarkan bahwa kedaulatan di bidang pangan mutlak harus diwujudkan. Kalau untuk urusan perut saja masih bergantung kepada negara lain, celakalah hidup kita,” ujar Bamsoet.
Komentar