Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala
Jakarta (B-Oneindonesia.com) – Menteri Luar Negeri Sugiono melepas bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Myanmar di Bandara Halim Perdanakusuma, 3 April 2025.
Bantuan dengan berat 124 ton dengan nilai 1,2 juta dolar AS tersebut terdiri dari shelter, alat-alat kesehatan, obat-obatan, alat sanitasi, dan kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh para korban gempa di pengungsian.
Disamping itu Indonesia juga mengirim 157 personel SAR (Search and Rescue) dan EMT (Emergency Medical Team) untuk membantu pencarian korban gempa yang masih belum ditemukan di bawah reruntuhan bangunan.
Dilaporkan sebelumnya Myanmar dilanda gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter pada 28 Maret 2025, dengan pusat gempa terletak di dekat Mandalay. Gempa tersebut juga mengguncang beberapa wilayah di Thailand.
Sejauh ini dilaporkan gempa Myanmar menelan korban 3.085 tewas, 341 orang yang masih hilang dan 4.715 orang terluka.
Terkait bantuan kemanusiaan untuk Myanmar itu, Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala, menegaskan bantuan kemanusiaan adalah salah satu instrumen diplomasi (humanitarian diplomacy) untuk mengekspresikan solidaritas terhadap bangsa Myanmar yang sedang dirundung duka.
”Terlebih lagi Myanmar adalah anggota sesama ASEAN, sehinggga bantuan kemanusiaan itu merupakan refleksi solidaritas sekaligus keprihatinan Indonesia terhadap situasi di Myanmar saat ini,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (5/4).
Gempa dahsyat itu justru terjadi ketika bangsa Myanmar sedang dilanda perang saudara berlatar etnis.
Dr. Djumala, yang pernah bertugas sebagai Dubes RI untuk Austria dan PBB di Wina, mengatakan bencana alam tersebut bisa menjadi momentum untuk perenungan bagi para elit politik Myanmar untuk menyudahi konflik berdarah itu secara damai.
Pada bagian lain Dubes Djumala menggarisbawahi inisiatif diplomasi Menlu Sugiono dalam bentuk bantuan kemanusiaan itu senafas dengan nilai Pancasila.
Baginya, diplomasi kemanusiaan ini sungguh merupakan aktualisasi dari visi-misi Asta Cita Presiden Prabowo, yang berupaya “memperkokoh ideologi Pancasila” sebagai prioritas pertama.
Nilai kemanusiaan dalam pergaulan internasional tersimpul dalam sila ke-2 Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Dubes Djumala juga menandaskan, diplomasi bantuan kemanusiaan untuk Myanmar ini konsisten dengan visi-misi Prabowo yang menghendaki nilai-nilai Pancasila harus tercermin dalam laku diplomasi Indonesia.
Lebih jauh Dubes Djumala mengatakan, mendorong bantuan kemanusiaan untuk para korban bencana alam yang dialami negara sahabat mengandung nilai-nilai kemanusiaan.
”Pilihan terhadap pendekatan kemanusiaan ini, dalam tataran politik-ideologis, adalah aktualisasi nyata dari ajaran Bung Karno, sosio-nasionalisme. Sebab, dalam menjalankan diplomasi dan politik luar negerinya Indonesia berpegang pada nasionalisme (sila ke-3, Persatuan Indonesia), yaitu membawa nama baik Indonesia dalam pergaulan internasional,” ujarnya.
Nasionalisme Indonesia, kata Dubes Djumala, harus diaktualkan dalam kesadaran internasionalisme, yaitu sosial-kemanusiaan.
”Senafas dengan ini, inisiatif Indonesia menyalurkan bantuan kemanusiaan merupakan refleksi nilai Pancasila dan paham sosio-nasionalisme Bung Karno,” tutupnya.
Komentar