Film ‘Pulung Gantung’ segera tayang di bioskop seluruh Indonesia.
Jakarta (B-Oneindonesia.com) – Rumah Produksi Kura-kura Ijo akan segera memproduksi film yang berjudul ‘Pulung Gantung’ bergenre misteri untuk film layar lebar.
Film bergenre horor ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setiap tahunnya, angka kematian dengan cara gantung diri masih terus tinggi di Gunung Kidul, Yogyakarta. Masyarakat setempat meyakini, jika peristiwa bunuh diri yang terus terjadi di daerah mereka karena adanya Pulung Gantung yang berbentuk bola api berekor. Jika Pulung Gantung berhenti di sebuah rumah, maka dipercaya akan ada salah satu anggota keluarga di rumah tersebut yang meninggal dunia dengan cara gantung diri.
Melalui film ini akan terungkap sejarah tentang Pulung Gantung yang belum pernah terungkap. Pulung Gantung ternyata memiliki kaitan dengan perjanjian Ki Ageng Giring dan iparnya Ki Ageng Pamanahan dan disaksikan oleh Nyi Ageng Giring. Kala itu, Ki Ageng Pemanahan meminum air kelapa milik Nyi Ageng Giring yang berisi Wahyu Keprabon, sesuatu yang mestinya dimiliki oleh Nyi Ageng Giring dan keturunannya untuk menjadi Raja di Jawa.
Namun, akhirnya wahyu keprabon berpindah tangan ke keturunan Ki Ageng Pamanahan. Peristiwa itu membuat marah Nyi Ageng Giring. Ia lalu melakukan tapas dan menjalankan Kapalika Tantra yang meminta kepala manusia sebagai persembahannya.
Nyi Ageng Giring dalam kemarahannya akan mengambil kepala (umumnya laki-laki), menjelma menjadi Betari Durga dengan sepuluh tangan.
Masyarakat setempat (Gunungkidul) meyakini, siapa pun yang melihat ‘pulung’ (bola api misterius yang melayang di langit) akan segera menemui ajalnya dengan cara bunuh diri. Sutradara film ‘Pulung Gantung’ Adriansyah, merasa tertarik untuk mengangkat fenomena itu ke layar lebar sebagai bahan refleksi.
“Sangat tidak tepat jika sebuah lembaga pemerintah menyebut fenomena ini sebagai warisan budaya. Menurut saya, ini adalah misteri yang harus dipecahkan, bukan dilestarikan sebagai bagian dari budaya kita,” tegas Adriansyah.
Dia berharap film tersebut dapat memberikan perspektif baru mengenai mitos ‘Pulung Gantung’ sambil mengeksplorasi alasan di balik misteri tragis tersebut.
Alexandria, aktris muda berbakat, dipercaya untuk memerankan karakter utama, Maya, seorang jurnalis investigasi yang ditugaskan menyelidiki serangkaian kematian misterius di Gunung Kidul.
Film itu menjadi debut besar Alexandria sebagai pemeran utama dalam genre misteri.
“Saya sangat antusias bisa terlibat dalam film ini dan memerankan karakter Maya yang penuh tantangan. Karakter ini memberikan saya kesempatan untuk menggali emosi dan rasa takut yang dalam,” ungkapnya.
Di bawah arahan Sutradara Ismail Sofyan Sani, Alexandria telah dipersiapkan untuk peran itu. “Ini calon kuat, gue yakin banget!” ujar Ismail dengan penuh semangat, menyatakan keyakinannya terhadap kemampuan Alexandria untuk membawa peran Maya dengan sempurna.
Sebagai Produser Eksekutif, Rida Melinda Azmi menjelaskan bahwa ‘Pulung Gantung’ bukan sekadar film misteri biasa. “Film ini dianggap provokatif karena mengangkat isu-isu yang sensitif, seperti bunuh diri, yang memang menjadi perhatian publik. Namun, bagi saya, ada pesan yang lebih besar, yaitu edukasi masyarakat agar tidak mempercayai mitos secara membabi buta,” kata Rida.
Ia juga menambahkan bahwa film itu adalah warisan intelektual yang diharapkannya bisa memberikan wawasan baru kepada masyarakat luas.
Selain Rida, Produser Maria Angelina dan Dedy Rismawan juga mengungkapkan komitmen mereka untuk menghasilkan film yang berkualitas, dengan penggabungan cerita yang kuat dan visual yang memukau.
“Film ini harus menghasilkan gambar yang megah, latar yang mendukung, dan cerita yang memikat. Itu standar yang kami pegang sebagai produser,” ujar Maria.
Diketahui, cerita film tersebut mengikuti perjalanan Maya (diperankan oleh Alexandria), seorang jurnalis investigasi, yang ditugaskan untuk menyelidiki serangkaian kematian misterius di Gunung Kidul.
Bersama rekannya, Rama, mereka menemukan bahwa setiap kematian terkait dengan fenomena “Pulung Gantung”. Maya dan Rama memulai penyelidikan mereka, menggali lebih dalam kepercayaan mistis masyarakat setempat sambil berusaha mengungkap kebenaran di balik kematian-kematian tersebut.
Namun, di tengah perjalanan mereka, Maya mulai merasakan adanya kekuatan gelap yang lebih besar daripada sekadar bunuh diri. Jejak-jejak misterius yang mereka temukan membawa mereka pada konspirasi yang jauh lebih mengerikan dari yang mereka bayangkan.
Tempat produksi Pulung Gantung dilakukan di lokasi nyata di Gunung Kidul, di mana beberapa kejadian bunuh diri pernah terjadi. Menurut Adriansyah, hal ini memberikan kesan autentik yang mendalam pada film tersebut.
“Kita menggunakan lokasi yang benar-benar pernah menjadi tempat kejadian. Ini memberikan nuansa yang sangat realistis dan menambah intensitas misteri dalam film,” ujarnya.
Komentar