B-oneindonesia Berdasarkan Food Sustainability Index 2017 yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit
(EIU), terdapat hampir 1 miliar orang menderita kelaparan, namun sepertiga makanan hilang
atau terbuang. Limbah makanan ini sesuai dengan empat kali jumlah yang dibutuhkan untuk
memberi makan masyarakat yang menderita kurang gizi di seluruh dunia.
Indonesia tercatat sebagai negara terbesar kedua, setelah Arab Saudi, yang menghasilkan sampah
makanan. Di beberapa daerah di Indonesia sendiri seperti Jakarta menghasilkan sekitar 4.000
ton sampah makanan per hari (BPS, 2015). Hasil riset menunjukkan 35% restoran di Jakarta
membuang kelebihan makanan yang tidak terjual di penghujung hari dengan rata-rata 2-3
kilogram/hari/restoran (Aksamala foundation, 2016), Di tempat lain yaitu Depok, menurut
metro.tempo.co 2019 bahwa 84 persen sampah pangan di hotel langsung masuk tong.
Sedangkan menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), dalam satu tahun
diperkirakan ada sebanyak 13 juta ton sampah makanan terbuang. Angka itu sebenarnya bisa
memenuhi kebutuhan pangan 28 juta orang yang hidup dalam kemiskinan di Tanah Air.
Kontribusi besar terbuangnya makanan berasal dari hotel, restoran, katering, supermarket, dan
perilaku masyarakat yang gemar menyisakan makanannya.
Berangkat dari kondisi dan fakta yang miris tersebut, Muhammad Agung Saputra tergerak
menawarkan sebuah solusi untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat membuang makanan di
saat masih banyak orang menderita kelaparan dan kekurangan gizi. Agung, begitu panggilan
akrabnya, sudah menawarkan solusi jitu untuk mencegah terjadinya food loss and waste atau
makanan hilang dan terbuang.
Agung yang meruoakan alumnus Imperial College London, Inggris dan Institut Teknologi Bandung
(ITB), juga pernah mengalami kekurangan uang karena keterlambatan pengiriman. Kala ia mau
makan dan melewati suatu restoran duitnya tak mencukupi untuk membeli makanan tetapi pihak
restoran lebih memilih membuang makanan yang berlebih milik mereka ketimbang menjual
padanya. “Padahal saat itu saya memiliki uang hanya setengah harga untuk membeli makanan
tersebut,” tutur Agung
Berkaca berdasarkan pengalaman ini, ia merancang sebuah inovasi yang menghubungkan toko makanan yang memilikimakanan berlebih untuk dijual kepada konsumen dengan harga terjangkau. Kini inovasinya
diwujudkan melalui marketplace Surplus.id dibawah naungan PT Ekonomi Sirkular Indonesia.
Platform digital (app) dengan taglinenya (Save food. Save budget. Save planet) ini dibuatnya
untuk menghubungkan pelanggan dengan toko makanan yang memiliki makanan berlebih yang
akan dibuang jika belum terjual di penghujung hari dengan diskon minimal 50%, “ sebutnya.
Setiap makanan yang diselamatkan berkontribusi dalam memerangi food waste.
Bagaimana cara kerja surplus.id? Bila ada toko makanan yang sudah mau tutup pada jam 10.00
malam misalnya, maka mendekati jam 09.00 malam mereka dapat mengupload informasi
makanan berlebih ke surplus.id. Caranya sama seperti mengupload foto di instagram, tinggal
upload foto, isi deskripsi, dan jam pengambilan. Lantas konsumen melihat foto yang telah di
upload langsung dapat membooking dan membayar dengan OVO sebelum mengambil makanan
itu di merchant atau vendor yang bersangkutan. Pengambilan juga bisa memanfaatkan go
send/grab express namun ada biaya tambahan karena surplus.id belum terafiliasi dengan startup
ride-hailing tersebut.
“Diskon 50 persen dan ini harus dijual setengah harga. konsumer pasti aware. Kini platform
tersebut baru bisa diunduh di Google Playstore. Lantas apa yang menjadi keuntungan bagi
merchant yang bergabung dalam Surplus? Menurutnya, merchant bisa mendapatkan pelanggan
berlebih yang melihat iklannya, dan bisa menjadi customer baru. Kedua, mendapat pendapatan
tambahan daripada dibuang mending dijual lagi. Ketiga, mereka bisa mengurangi biaya
pembuangan. Melalui Surplus.i, secara otomatis mereka juga berkontribusi dan layak menjadi green restaurant yang kini sudah menjadi tren.
Keuntungan lain yang didapat oleh user, mereka bisa saving budget karena mereka dapat membeli makanan
bisa lebih murah 50 persen. User juga sudah berkontribusi dalam menyelamatkan lingkungan dengan
mengurangi gas metana dan CO2 yang dihasilkan dari food waste dari setiap makanan yang
diselamatkan.“Selain punya dampak terhadap lingkungan, food loss and waste dapat memengaruhi tingkat
ketahanan pangan suatu negara dan berimbas pada pemerataan kesejahteraan masyarakat,”
pungkas Agung.
Komentar