Kadispenad Brigjen TNI Tatang Subarna. (Foto: Dispenad).
Jakarta, b-Oneindonesia – Kadispenad Brigjen TNI Tatang Subarna punya pengalaman menegangkan semasa menjadi perwira menengah. Dia tak menyangka ketika tiba-tiba datang perintah untuk memimpin Batalyon Infanteri 751/Vira Jaya Sakti Kodam XVII/Cenderawasih di Sentani, Papua.
Lazimnya, memimpin batalyon menjadi promosi atau kepercayaan bagi prajurit TNI AD. Artinya dia akan memimpin pasukan, namun bagi Tatang, tugas itu bukan pekerjaan ringan.
“Wah saya bilang ini ndak main-main. Ini yang saya dapat batalyon yang belum jelas. Batalyon terjelek, bukan batalyon yang enak-enakan, yang adem-ayem itu, ndak ada. Ini batalyon yang hancur lebur,” kata Tatang dalam video yang diunggah TNI AD di akun Youtube, Sabtu (3/7/2021).
Tatang ditugaskan memimpin Batalyon 751 usai terjadi peristiwa yang dikenal sebagai Insiden 29 April 2009. Sebanyak 100 anggota batalyon yang jengkel akibat hak-haknya dipotong oleh oknum komandan meluapkan kemarahannya.
Suasana ketika itu sangat mencekam. Ratusan anggota batalyon menghancurkan markas. Mereka juga mengumbar tembakan. Ruang komandan batalyon rusak parah.
Mencekamnya suasana saat itu digambarkan oleh Sertu Abidin, anggota Batalyon 751 pada 2003-2016. Selain obral tembakan, juga ada yang melempar batu dan lainnya.
“Sehingga mako yang ada di Batalyon 751 hancur. Dapat dibilang 80 persen hancur, bahkan ruangan komandan pun rusak,” ucap Abidin dalam tayangan video yang sama.
Tatang menceritakan, kerusakan itu tidak hanya bangunan fisik. Dia juga menghadapi tantangan besar secara nonfisik. Perintah telah datang, dia pun menerima tanggung jawab untuk memimpin batalyon yang porak-poranda itu.
Segala kehancuran fisik dibenahi. Abituren Akademi Militer 1993 ini berprinsip bagaimana menjadikan batalyon yang dipimpinnya, tempat para prajurit dari Jawa ditugaskan di situ akan kaget dengan suasana yang ada.
Tatang mengadopsi penataan Markas Pusdikpassus di Batujajar, Jawa Barat. Dia mencoba menerapkannya di Balyon 751. “Semua yang ada di Batujajar saya pikul ke sana, saya pikul semuanya, saya buat di sana,” katanya.
Pembenahanan itu antara lain lapangan tembak. Salah seorang prajurit, Mayor Inf Harry (2010) menyampaikan, lapangan tembak batalyon itu dulunya rawa-rawa. Tatang Kemudian menyulapnya menjadi bagus dan terawat. Dia juga menciptakan tempat outbound bagi anak-anak prajurit.
“Beliau juga menerapkan reward and punishment. Prajurit yang berprestasi diberi penghargaan, diupacarakan,” ucap Harry.
Tatang merupakan anak tentara. Ayahnya seorang prajurit AD dari tamtama dan terakhir pensiun dengan pangkat sersan mayor. Tatang bercita-cita untuk berkarier di militer dan bisa lebih baik dari ayahnya. Selepas SMA, dia diterima di Akmil, Magelang, Jawa Tengah.
Pria kelahiran Sumedang ini memilih kecabangan infanteri. Tatang masuk ke Korps Baret Merah alias Kopassus pada 1995. Pertama kali dia ditempatkan di Grup 1 Para Komando di Cijantung, Jakarta Timur.
Penugasan pertama yang didapatnya yakni di Timor Timur. Setelah itu dia kembali mengabdi di Kopassus. Lulus sesko pertama, dia dipercaya sebagai Staf Personalia di Kodam XVII/Cenderawasih, Papua.
Seiring waktu berbagai jabatan pernah diiembannya mulai Paban IV/Binwatpers Spersad, Pamen Denma Mabesad (2020-2021) dan Kadispenad (202-sekarang).
Komentar