Jakarta-b-oneindonesia–Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menghadiri penandatanganan Kesepakatan untuk Perdamaian Afghanistan atau Comprehensive Peace Agreement (CPA) antara Amerika Serikat dan Taliban di Doha, Qatar, pada Sabtu (29/02/2020).
Penandatanganan perjanjian yang merupakan langkah awal dari proses perdamaian Afghanistan tersebut dihadiri oleh sembilan menteri luar negeri, yakni dari Qatar, AS, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, Norwegia, Turki, Oman, dan Pakistan. Hadir pula perwakilan dari Jerman dan Inggris.
Menurut Kemlu RI dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (01/03/2020) menyebutkan pihak Indonesia pun telah melakukan pertemuan informal bersama Qatar, Uzbekistan, Norwegia dan Jerman, sebagai negara-negara co-facilitator, sebelum penandatanganan dilakukan.
Kesepakatan AS-Taliban, memuat 4 (empat) komponen penting, termasuk kontra terorisme, penarikan pasukan asing dari Afghanistan, perundingan intra-Afghan dan gencatan senjata yang permanen dan komprehensif.
Telah dilakukan pula pengumuman deklarasi bersama antara Pemerintah Afghanistan dan Amerika Serikat di Kabul, yang isinya mendukung perjanjian damai antara Amerika Serikat dan Taliban.
Menlu berharap agar langkah awal tersebut dapat menjadi pembuka jalan bagi perdamaian yang berkelanjutan di Afghanistan, demi kepentingan masyarakatnya.
Dalam upaya pencapaian perdamaian di Afghanistan, Indonesia telah berkontribusi secara intensif dimulai dari tahun 2017 atas permintaan Presiden Ghani.
Indonesia fokus pada dua isu dalam proses tersebut, yakni kerjasama ulama dan pemberdayaan perempuan. Komunikasi dan kontak dengan semua pihak terlibat, termasuk Taliban, terus dilakukan, terutama guna membangun rasa percaya.
Pada tahun 2018, Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Trilateral Ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan, dan pada 2019, Indonesia telah menyelenggarakan pertemuan para perempuan Indonesia-Afghanistan.
Usai kunjungan ke Doha, Menlu Retno dijadwalkan bertolak ke Kabul, Afghanistan untuk meluncurkan program peningkatan kapasitas perempuan melalui “Indonesia-Afghan Women Solidarity Network bersama beberapa tokoh perempuan Indonesia.
Komentar